Kamis, 12 Maret 2015

"Segoro Anak'an" yang tiada dapat terlupakan

“lelah, seakan tak terhitung berapa derapan langkah kaki. Haus, namun tak kunjung sembuh walaupun sudah minum. Kami terlalu lama bergelut dengan lumpur, bahkan berat sepatu untuk  diangkat. Namun, lelah dan haus sirna oleh panorama biru ditengah pulau Sempu, SEGORO ANAK’AN itulah panggilan akrab masyarkat untuk surga nya pulau Sempu ini”

          Semua berawal pada sabtu 17 Januari sekitar pukul 16.00, kami keluarga IMM “fastcho”  UMM meluncur ke Malang Selatan dengan tujuan utama yaitu pulau Sempu. Sebuah pulau yang terletak ditengah laut tepi di seberang pantai Sendang Biru Desa Sumber Agung, Kecamatan Sumbermanjing, tepatnya 30 km bagian selatan Malang. Pulau yang mulai dibuka sebagai tempat wisata pada tahun 2000-an ini menjadi menjadi pilihan kami untuk bersahabat dengan alam setelah menyelesaikan Ujian Akhir Semester.
Seteelah menempuh perjalanan selama 3 jam disertai dengan hujan deras jam 7 malam kami sampai di Pantai Sendang Biru. Karena selarut itu tidak ada perahu yang menyeberang maka kami putuskan untuk menginap semalam di Sendang Biru dengan 2 tenda kami. Keesokan harinya setelah menyewa sepatu kami menyeberang ke pulau Sempu. Perjalanan diatas air menghabiskan waktu selama 10 menit .
 setelah itu kami sampai di pinggir pulauSempu. Petualangan baru akan di mulai. Sengaja kami menyewa sepatu karena medan di hutan licin  lantaran air hujan. Ternyta benar, bukan hanya licin jarak yang kami tempuh dipenuhi dengan lumpur. Jalan satu-satunya yang dilegalkan oleh pemerintah ini dipenuhi oleh lumpur berair yang menemani perjalanan kami selama 2 jam bergeliat dengan jalan yang terjal bahkan ada yang mencapai kemiringan 160 derajad.
Namun segala rasa haus dan lelah terbayar oleh pesona lautan kecil ditengah Pulau Sempu “segoro anak’an” begitulah sebutan dari surga nya pulau Sempu ini. Laut ditengah pulau yang sebelahnya tembus dengan samudra Indonesia. Samudra kecil yang sungguh indah panoramanya, seakan sulit untuk digambarkan. Sejuk desahan angin, desiran ombak, air yang pinggirnya hijau sementara biru ditengah, hutan lebat dengan monyet-monyet yang riang bermain, semua melodi alam yang menjadi saksi bisu perjalanan kami. Kami-pun memutuskan untuk menginap semalam di tepi “segoro anak’an “ ini. Tidak akan rugi berwisata ke pulau sempu dan “segoro anak’an”  ini selain berwisata kita juga dapat membantu petugas setempat untuk mengambil sampah-sampah yang kemudian dibawa ke Sendang Biru untuk dikelola sehingga tidak merusak cagar alam pulau Sempu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar